Wednesday 20 April 2016

makalah Adil Ridha dan Amal Sholeh

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Al-Qur`an, Allah memaparkan dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi, dan pola pikir khas orang-orang beriman. Perasaan takut kepada Allah yang menghunjam di dalam kalbu mereka, keyakinan mereka yang tak tertandingi dan upaya yang tak pernah goyah untuk mendapatkan ridha-Nya, kepercayaan yang mereka gantungkan kepada Allah, seperti juga keterikatan, keteguhan, ketergantungan, dan banyak lagi kualitas superior serupa, semuanya disuguhkan Al-Qur`an. Lebih jauh, di dalam Kitab-Nya, Allah menyanjung kualitas-kualitas moral semacam itu, seperti keadilan, kasih sayang, rendah hati, sederhana, keteguhan hati, penyerahan diri secara total kepada-Nya, serta menghindari ucapan tak berguna.
Seiring dengan penyajian rinci tentang orang beriman model ini, Al-Qur`an juga bertutur mengenai kehidupan orang-orang beriman pada masa dahulu dan bercerita kepada kita bagaimana mereka berdo’a, berperilaku, berbicara, baik di kalangan mereka sendiri maupun dengan orang-orang lain di luar mereka, dan dalam menanggapi berbagai peristiwa. Melalui perumpamaan ini, Allah menarik perhatian kita kepada sikap dan perbuatan yang disenangi-Nya.
Titik pandang sebuah masyarakat yang jauh dari moralitas Al-Qur`an (masyarakat jahiliyah) terhadap tingkah laku yang secara sosial bisa diterima bisa saja berubah, sesuai dengan tahapan waktu, suasana, budaya, peristiwa-peristiwa, dan manusianya sendiri. Akan tetapi, perilaku dari mereka yang kokoh berpegang pada ketetapan hukum Al-Qur`an tetap tak tergoyahkan oleh adanya perubahan kondisi, waktu, dan tempat. Seseorang yang beriman senantiasa tunduk-patuh kepada perintah dan peringatan Al-Qur`an. Karena itulah, ia mencerminkan akhlaq terpuji.
Pada bagian ini, akan kami perlihatkan sejumlah contoh perilaku yang layak mendapat penghargaan sesuai penilaian Allah. Akan tetapi, kami tidak menguraikan semua kualitas perilaku terpuji dari orang-orang beriman yang secara panjang lebar telah terteradalam Al-Qur`an. Kami hanya memfokuskan perhatian pada moralitas terpuji yang masih terselubung dengan segala keagungan-keagungannya yang terpendam.

B. Tujuan
·         Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dalam memahami sifat – sifat terpuji yang terkandung di dalam Al-qur’an.
·         Tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas berupa makalah pada mata pelajaran agama islam tentang sifat-sifat terpuji.












BAB II
PEMBAHASAN

A. Adil
Pengertian Adil adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt saja. Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaandan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi. Ada 2 dalil tentang keadilan yaitu Dalil AqliAdil berdasarkan akal pikiran, kita tahu bahwa tanpa keadilan di  dunia, segala sesuatunya tidak akan seimbang sehingga dapat menjadi masalah besar. Sedangan Dalil NaqliQ.S. An-Nahl [16] : 90 berbunyi :
1.      Mereka yang bersikap adil akan mendapat keamanan di dunia dan akhirat.
2.      Apabila orang adil yang berkuasa, maka keadilan akan memelihara kekuasaannya.
3.      Mendapat keridhaan dari Allah SWT.
4.      Mereka yang bersikap adil tidak akan menzalimi sesama manusia.
5.      Mereka yang bersikap adil akan mendapatkan posisi yang tinggi di dunia maupun akhirat.
6.      Keadilan merupakan jalan menuju surga.

Cara supaya adil yaitu mempunyai iman yang kukuh dan bertakwa kepada Allah SWT, menguasai ilmu syariat dan ilmu Aqidah, melaksanakan amanah dengan penuh tanggung jawab, ikhlas dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki pribadi yang mulai (tidak mementingkan diri sendiri, memiliki belas kasihan, bijak/tegas dan berani mengambil resiko).
Bahaya jika tidak adil yaitu tidak adanya keseimbangan dalam kehidupan dunia, dapat menimbulkan perselisihan di berbagai pihak kehidupan bermasyarakat dan bernegara, adanya pihak yang tidak mendapatkan haknya / terjadi pelanggaran HAM dimana-mana.
Contoh Perilaku Dalam Kehidupan Sehari-Hari (Dikutip dari kisah para sahabat Rasulullah saw)Suatu hari terjadi sengketa diantara Ali bin Abi Thalib denganseorang Yahudi, yaitu suatu sengketa yang sampai juga ke mejahijau (majelis hukum) dibawah pimpinan Umar bin Khattab gunamendapatkan penyelesaian. Setelah kedua pihak sama-samadatang menghadap Umar, maka berkatalah Umar kepada Ali : “ YaAbal Hasan, berdirilah berdekatan dengan lawanmu”. Seusai Umarmemberikan keputusannya, Umar melihat bahwa diwajah Aliterdapat tanda-tanda kedukaan, maka ujarnya : “ WahaiAli, mengapa saya lihat anda agak susah ?”. Ali menjawab : “Sebabanda tidak mempersamakan antara saya dan lawan saya, andamemanggil saya dengan sebutan kehormatanku “Abal Hasan“, sedang anda memanggil Yahudi dengan namanya yang biasa”.

B. Ridha
Pengertian Kata Ridho berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata rodiya yang berarti senang, suka, rela. Ridho merupakan sifat yang terpuji yang harus dimiliki oleh manusia. Banyak ayat Al- Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah SWT ridho terhadap kebaikan hambanya. Ridha menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Dan bisa diartikan Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang setiap saat selalu ita rasakan. Pengertian ridha juga ialah menerima dengan senang segala apa yang diberikan oleh Allah s.w.t. baik berupa peraturan (hukum) ataupun qada’ atau sesuatu ketentuan dari Allah SWT. Jadi ridho adalah perilaku terpuji menerima dengan senang apa yang telah diberikan Allah kepadanya, berupa ketentuan yang diberikan kepada manusia. Ada 2 dalil tentang keridhaan yaitu Dalil AqliMenurut akal pikiran, tanpa adanya ridha, manusia tidak akan bisamenerima segala ketentuan-ketentuan Allah yang telah ditetapkanbaginya, sehingga segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tidak akan berjalan dengan baik. Sedangkan Dalil NaqliQ.S. An-Nahl [16] : 71 …… Artinya : “Dan Allah melebihkan sebagian akmu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki…….” (Q.S. An-Nahl [16] : 71).
Manfaat suatu keridhaan yaitu Dengan ridho umat manusia akan menimbulkan rasa optimis yang kuat dalam menjalani dan menatap kehidupan di masa depan dengan mengambil hikmah dari kehidupan masa lampau, orang yang berhati ridho atas keputusan-keputusan Allah SWT, hatinya menjadi lapang, dan jauh dari sifat iri hati, dengki hasat dan bahkan tamak/rakus, ridho akan menumbuhkan sikap husnuz zann, terhadap ketentuan-ketentuan Allah, sehingga manusia tetap teguh iman dan amal shalehahnya, dengan ridho setiap kesulitan yang kita hadapi akan ada jalan keluarnya, di tiap satu kesulitan ada dua kemudahan, dengan ridha akan menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama makhluk Allah SWT, dan akan lebih dekat dengan Allah SWT.

Cara supaya Ridha :1. Bersikap tawakkal dan sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan oleh Allah swt.2. Menerima dengan ikhlas cobaan yang diberikan dan tetap berusaha untuk menjadi yang lebih baik serta mengambil hikmah dan cobaan tersebut. 3. Percaya kepada takdir Allah swt. Sedangkan bahaya jika tidak ridha akan menimbulkan segala perbuatannya tidak di Ridha’i oleh Allah swt, mudah terjadi perselisihan antara manusia, manusia tidak akan bisa menerima segala ketentuan-ketentuan Allah swt.
Contoh Perilaku Dalam Kehidupan Sehari-Hari (Dikutip dari kisah para sahabat Rasulullah saw). Pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap takdir Allah SWT maka takdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahala-Nya, dan barang siapa tidak ridha terhadap takdir-Nya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya”.

C. Amal Saleh
Pengertian Amal Saleh artinya perbuatan yang baik. Beramal shaleh artinya melakukan hal-hal positif secara kreatif. Amal diartikan sebuah proses. Amal saleh diartikan sebuah proses yang baik sehingga menghasilkan sesuatu yang baik. Memperbanyak amal saleh berarti banyak jalan/cara yang baik (halal) untuk memperoleh sesuatu yang baik. Ada 2 dalil yaitu Dalil aqliberdasarkan logika, tanpa adanya amal-amalan shaleh, manusia akan terus-menerus berbuat kejahatan, yang akhirnya membuat dunia binasa dan di penuhi oleh orang-orang yang berbuat kerusakan. Sedangkan Dalil NaqliQ.S. Al-A’Raf *7] : 42 Artinya : “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”
Manfaat-manfaat dari amal saleh adalah orang yang melakukan amal shaleh akan lebih dekat oleh Allah SWT, orang yang melakukan amal shaleh akan teguh imannya, terciptanya ketenangan dan kenyamanan sehingga kebersamaan di antara kita dalam menjalani hidup dapat terwujud, akan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Cara Supaya berAmal Saleh :
1.      Menolong sesama hidup dan tidak mengharapkan suatu imbalan dalam melakukan suatu perbuatan.
2.      Dalam pelaksanaan amal shaleh , harus dilandasi dengan sikap ikhlas dan rela berkorban.
3.      Suci dalam pikiran, perbuatan dan perkataan.

Bahaya jika tidak beramal saleh adalah orang-orang selalu ragu dalam mensikapi masalah ketentuan rizki, orang mempunyai teman untuk mencurahkan rahasia dan mengadukan permasalahannya kepadanya, namun teman mereka itu tidak dapat menyimpan rahasia dan tidak mau saling menolong, sibuk mengurus kesalahan orang lain (istighalu bi uyubil khalqi). Mencari-cari dan membuka aib atau kesalahan orang lain termasuk akhlak tercela yang merusak amal saleh yang telah diperbuat.
Keras hati (qaswatul qulub). Kondisi keras hati akan menimpa seorang mukmin jika dirinya tidak dapat menghindar sifat-sifat buruk seperti riya, takabur dan hasud. Termasuk keras hati adalah tidak mau menerima kebenaran dan nasihat baik. Cinta dunia (hubbud dunya), yakni menjadikan harta dan kedudukan atau hal duniawi lainnya seperti pujian dan popularitas–sebagai tujuan, bukan sarana. Tidak punya rasa malu (qillatul haya) sehingga merasa ringan dan tanpa beban saja ia melanggar aturan Allah (maksiat). Setiap mukmin pasti punya rasa malu, karena malu memang sebagian dari iman (hadis), utamanya malu kepada Allah SWT. Rasa malu akan mendorong perbuatan baik. Sebaliknya, ketiadaan rasa malu akan mendorong orang berbuat sekehendak hati tanpa mengindahkan syariat-Nya. Panjang angan-angan (thulul amal), yakni sibuk berangan-angan, berkhayal, tanpa usaha nyata. Berbuat aniaya (zhalim), yakni perbuatan yang mendatangkan kerusakan bagi diri sendiri dan orang lain, tidak proporsional, dan melanggar aturan. Berbuat dosa termasuk aniaya, yakni aniaya terhadap diri sendiri.
BAB III
PENUTUP

 A. Kesimpulan
Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan keadilan adalah Allah SWT selalu mengawasi tindakan atau perbuatan manusia, Allah juga melarang umatnya berbuat sewenang-wenang yang tidak disenangi dan Allah memerintahkan umatnya untuk berbuat adil, ridha, dan beramal saleh kepada sesama manusia karena hal itu akan mendekatkan diri kepada ketakwaan. Ketiga perbuatan itu sangat berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan.

B. Saran
Agar masyarakat tahu serta dapat memahami apa saja isi sifat-sifat terpuji yang terdapat di dalam al-qur’an dan agar masyarakat mengerti manfaat-manfaat dan bahaya jika tidak melakukan perbuatan terpuji ini.










DAFTAR PUSTAKA




0 komentar:

Post a Comment