BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Al-Qur`an, Allah memaparkan
dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi, dan pola pikir khas
orang-orang beriman. Perasaan takut kepada Allah yang menghunjam di dalam kalbu
mereka, keyakinan mereka yang tak tertandingi dan upaya yang tak pernah goyah
untuk mendapatkan ridha-Nya, kepercayaan yang mereka gantungkan kepada Allah,
seperti juga keterikatan, keteguhan, ketergantungan, dan banyak lagi kualitas
superior serupa, semuanya disuguhkan Al-Qur`an. Lebih jauh, di dalam Kitab-Nya,
Allah menyanjung kualitas-kualitas moral semacam itu, seperti keadilan, kasih
sayang, rendah hati, sederhana, keteguhan hati, penyerahan diri secara total
kepada-Nya, serta menghindari ucapan tak berguna.
Seiring dengan penyajian rinci
tentang orang beriman model ini, Al-Qur`an juga bertutur mengenai kehidupan
orang-orang beriman pada masa dahulu dan bercerita kepada kita bagaimana mereka
berdo’a, berperilaku, berbicara, baik di kalangan mereka sendiri maupun dengan
orang-orang lain di luar mereka, dan dalam menanggapi berbagai peristiwa.
Melalui perumpamaan ini, Allah menarik perhatian kita kepada sikap dan
perbuatan yang disenangi-Nya.
Titik pandang sebuah masyarakat yang
jauh dari moralitas Al-Qur`an (masyarakat jahiliyah) terhadap tingkah laku yang
secara sosial bisa diterima bisa saja berubah, sesuai dengan tahapan waktu,
suasana, budaya, peristiwa-peristiwa, dan manusianya sendiri. Akan tetapi,
perilaku dari mereka yang kokoh berpegang pada ketetapan hukum Al-Qur`an tetap tak
tergoyahkan oleh adanya perubahan kondisi, waktu, dan tempat. Seseorang yang
beriman senantiasa tunduk-patuh kepada perintah dan peringatan Al-Qur`an.
Karena itulah, ia mencerminkan akhlaq terpuji.
Pada bagian ini, akan kami perlihatkan sejumlah contoh perilaku
yang layak mendapat penghargaan sesuai penilaian Allah. Akan tetapi, kami tidak
menguraikan semua kualitas perilaku terpuji dari orang-orang beriman yang
secara panjang lebar telah terteradalam Al-Qur`an. Kami hanya memfokuskan
perhatian pada moralitas terpuji yang masih terselubung dengan segala
keagungan-keagungannya yang terpendam.
B. Tujuan
·
Tujuan
penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dalam memahami sifat – sifat
terpuji yang terkandung di dalam Al-qur’an.
·
Tujuan
lain dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas berupa makalah pada mata
pelajaran agama islam tentang sifat-sifat terpuji.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Adil
Pengertian Adil adalah memberikan
hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan
segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan
kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt saja.
Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam
memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaandan keseimbangan dalam
memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi. Ada 2
dalil tentang keadilan yaitu Dalil AqliAdil berdasarkan akal pikiran,
kita tahu bahwa tanpa keadilan di dunia, segala sesuatunya tidak akan
seimbang sehingga dapat menjadi masalah besar. Sedangan Dalil NaqliQ.S.
An-Nahl [16] : 90 berbunyi :
1.
Mereka
yang bersikap adil akan mendapat keamanan di dunia dan akhirat.
2.
Apabila
orang adil yang berkuasa, maka keadilan akan memelihara kekuasaannya.
3.
Mendapat
keridhaan dari Allah SWT.
4.
Mereka
yang bersikap adil tidak akan menzalimi sesama manusia.
5.
Mereka
yang bersikap adil akan mendapatkan posisi yang tinggi di dunia maupun akhirat.
6.
Keadilan
merupakan jalan menuju surga.
Cara supaya adil yaitu mempunyai
iman yang kukuh dan bertakwa kepada Allah SWT, menguasai ilmu syariat dan ilmu
Aqidah, melaksanakan amanah dengan penuh tanggung jawab, ikhlas dan bertakwa
kepada Allah SWT, memiliki pribadi yang mulai (tidak mementingkan diri sendiri,
memiliki belas kasihan, bijak/tegas dan berani mengambil resiko).
Bahaya jika tidak adil yaitu tidak
adanya keseimbangan dalam kehidupan dunia, dapat menimbulkan perselisihan di
berbagai pihak kehidupan bermasyarakat dan bernegara, adanya pihak yang tidak
mendapatkan haknya / terjadi pelanggaran HAM dimana-mana.
Contoh Perilaku Dalam Kehidupan
Sehari-Hari (Dikutip dari kisah para sahabat Rasulullah saw)Suatu hari terjadi
sengketa diantara Ali bin Abi Thalib denganseorang Yahudi, yaitu suatu sengketa
yang sampai juga ke mejahijau (majelis hukum) dibawah pimpinan Umar bin Khattab
gunamendapatkan penyelesaian. Setelah kedua pihak sama-samadatang menghadap
Umar, maka berkatalah Umar kepada Ali : “ YaAbal Hasan, berdirilah berdekatan
dengan lawanmu”. Seusai Umarmemberikan keputusannya, Umar melihat bahwa diwajah
Aliterdapat tanda-tanda kedukaan, maka ujarnya : “ WahaiAli, mengapa saya lihat
anda agak susah ?”. Ali menjawab : “Sebabanda tidak mempersamakan antara saya
dan lawan saya, andamemanggil saya dengan sebutan kehormatanku “Abal Hasan“,
sedang anda memanggil Yahudi dengan namanya yang biasa”.
B. Ridha
Pengertian Kata Ridho berasal dari
bahasa Arab yaitu dari kata rodiya yang berarti senang, suka, rela. Ridho
merupakan sifat yang terpuji yang harus dimiliki oleh manusia. Banyak ayat Al-
Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah SWT ridho terhadap kebaikan hambanya. Ridha
menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Dan bisa diartikan
Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang
setiap saat selalu ita rasakan. Pengertian ridha juga ialah menerima dengan
senang segala apa yang diberikan oleh Allah s.w.t. baik berupa peraturan
(hukum) ataupun qada’ atau sesuatu ketentuan dari Allah SWT. Jadi ridho adalah
perilaku terpuji menerima dengan senang apa yang telah diberikan Allah
kepadanya, berupa ketentuan yang diberikan kepada manusia. Ada 2 dalil tentang
keridhaan yaitu Dalil AqliMenurut akal pikiran, tanpa adanya ridha,
manusia tidak akan bisamenerima segala ketentuan-ketentuan Allah yang telah
ditetapkanbaginya, sehingga segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tidak
akan berjalan dengan baik. Sedangkan Dalil NaqliQ.S. An-Nahl [16] : 71
…… Artinya : “Dan Allah melebihkan sebagian akmu atas sebagian yang lain dalam
hal rezeki…….” (Q.S. An-Nahl [16] : 71).
Manfaat suatu keridhaan yaitu Dengan
ridho umat manusia akan menimbulkan rasa optimis yang kuat dalam menjalani dan
menatap kehidupan di masa depan dengan mengambil hikmah dari kehidupan masa
lampau, orang yang berhati ridho atas keputusan-keputusan Allah SWT, hatinya
menjadi lapang, dan jauh dari sifat iri hati, dengki hasat dan bahkan
tamak/rakus, ridho akan menumbuhkan sikap husnuz zann, terhadap
ketentuan-ketentuan Allah, sehingga manusia tetap teguh iman dan amal
shalehahnya, dengan ridho setiap kesulitan yang kita hadapi akan ada jalan
keluarnya, di tiap satu kesulitan ada dua kemudahan, dengan ridha akan
menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama makhluk Allah SWT, dan akan lebih
dekat dengan Allah SWT.
Cara supaya Ridha :1. Bersikap
tawakkal dan sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan oleh Allah swt.2.
Menerima dengan ikhlas cobaan yang diberikan dan tetap berusaha untuk menjadi
yang lebih baik serta mengambil hikmah dan cobaan tersebut. 3. Percaya kepada
takdir Allah swt. Sedangkan bahaya jika tidak ridha akan menimbulkan segala
perbuatannya tidak di Ridha’i oleh Allah swt, mudah terjadi perselisihan antara
manusia, manusia tidak akan bisa menerima segala ketentuan-ketentuan Allah swt.
Contoh Perilaku Dalam Kehidupan
Sehari-Hari (Dikutip dari kisah para sahabat Rasulullah saw). Pada suatu hari
Ali bin Abi Thalib r.a melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya
; “Mengapa engkau tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak
bersedih hati, dua orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam
pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa
ridha terhadap takdir Allah SWT maka takdir itu tetap berlaku atasnya dan dia
mendapatkan pahala-Nya, dan barang siapa tidak ridha terhadap takdir-Nya maka
hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya”.
C. Amal Saleh
Pengertian Amal Saleh artinya
perbuatan yang baik. Beramal shaleh artinya melakukan hal-hal positif secara
kreatif. Amal diartikan sebuah proses. Amal saleh diartikan sebuah proses yang
baik sehingga menghasilkan sesuatu yang baik. Memperbanyak amal saleh berarti
banyak jalan/cara yang baik (halal) untuk memperoleh sesuatu yang baik. Ada 2
dalil yaitu Dalil aqliberdasarkan logika, tanpa adanya amal-amalan
shaleh, manusia akan terus-menerus berbuat kejahatan, yang akhirnya membuat
dunia binasa dan di penuhi oleh orang-orang yang berbuat kerusakan. Sedangkan Dalil
NaqliQ.S. Al-A’Raf *7] : 42 Artinya : “Dan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya. Mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya.”
Manfaat-manfaat dari amal saleh
adalah orang yang melakukan amal shaleh akan lebih dekat oleh Allah SWT, orang
yang melakukan amal shaleh akan teguh imannya, terciptanya ketenangan dan
kenyamanan sehingga kebersamaan di antara kita dalam menjalani hidup dapat
terwujud, akan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Cara Supaya berAmal
Saleh :
1.
Menolong
sesama hidup dan tidak mengharapkan suatu imbalan dalam melakukan suatu
perbuatan.
2.
Dalam
pelaksanaan amal shaleh , harus dilandasi dengan sikap ikhlas dan rela
berkorban.
3.
Suci
dalam pikiran, perbuatan dan perkataan.
Bahaya jika tidak beramal saleh
adalah orang-orang selalu ragu dalam mensikapi masalah ketentuan rizki, orang
mempunyai teman untuk mencurahkan rahasia dan mengadukan permasalahannya
kepadanya, namun teman mereka itu tidak dapat menyimpan rahasia dan tidak mau
saling menolong, sibuk mengurus kesalahan orang lain (istighalu bi uyubil
khalqi). Mencari-cari dan membuka aib atau kesalahan orang lain termasuk akhlak
tercela yang merusak amal saleh yang telah diperbuat.
Keras hati (qaswatul qulub). Kondisi
keras hati akan menimpa seorang mukmin jika dirinya tidak dapat menghindar
sifat-sifat buruk seperti riya, takabur dan hasud. Termasuk keras hati adalah
tidak mau menerima kebenaran dan nasihat baik. Cinta dunia (hubbud dunya),
yakni menjadikan harta dan kedudukan atau hal duniawi lainnya seperti pujian
dan popularitas–sebagai tujuan, bukan sarana. Tidak punya rasa malu (qillatul
haya) sehingga merasa ringan dan tanpa beban saja ia melanggar aturan Allah
(maksiat). Setiap mukmin pasti punya rasa malu, karena malu memang sebagian
dari iman (hadis), utamanya malu kepada Allah SWT. Rasa malu akan mendorong
perbuatan baik. Sebaliknya, ketiadaan rasa malu akan mendorong orang berbuat
sekehendak hati tanpa mengindahkan syariat-Nya. Panjang angan-angan (thulul
amal), yakni sibuk berangan-angan, berkhayal, tanpa usaha nyata. Berbuat aniaya
(zhalim), yakni perbuatan yang mendatangkan kerusakan bagi diri sendiri dan
orang lain, tidak proporsional, dan melanggar aturan. Berbuat dosa termasuk
aniaya, yakni aniaya terhadap diri sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada tiga hal pokok yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan keadilan adalah Allah SWT selalu mengawasi
tindakan atau perbuatan manusia, Allah juga melarang umatnya berbuat
sewenang-wenang yang tidak disenangi dan Allah memerintahkan umatnya untuk
berbuat adil, ridha, dan beramal saleh kepada sesama manusia karena hal itu
akan mendekatkan diri kepada ketakwaan. Ketiga perbuatan itu sangat berguna
bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan.
B. Saran
Agar masyarakat tahu serta dapat
memahami apa saja isi sifat-sifat terpuji yang terdapat di dalam al-qur’an dan
agar masyarakat mengerti manfaat-manfaat dan bahaya jika tidak melakukan
perbuatan terpuji ini.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Post a Comment